26 November 2008

TEKNOLOGI PEMBUATAN KOMPOS

TEKNOLOGI PEMBUATAN KOMPOS SUPER

oleh: Sasongko WR

PENDAHULUAN

Sapi merupakan jenis ternak ruminansia yang relatif lebih digemari oleh masyarakat umum. Di pulau Lombok khususnya, pemeliharaan sapi dilakukan secara kelompok dalam suatu kandang kolektif. Jumlah kandang kolektif yang ada berkisar 3.000 buah, yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten namun belum banyak yang memikirkan pengelolaan limbahnya (kotoran). Sebagian besar peternak belum mengelola dan memanfaatkan kotoran ternaknya.

Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan tercatat bahwa satu ekor sapi rata-rata menghasilkan kotoran rata-rata 10-25 kg/hari. Apabila dalam satu kandang kolektif dipelihara sebanyak 100 ekor sapi maka kotoran yang dapat dikumpulkan adalah 2.500 kg Namun sampai saat ini kotoran sapi yang dihasilkan umumnya dibuang ke saluran air. Maksudnya dilakukan demikian oleh peternak, adalah untuk memudahkan penanganan dan bisa dimanfaatkan untuk lahan-lahan yang terairi oleh saluran tersebut. Pada saat yang demikian (kotoran ternak segar) belum dapat dimanfaatkan secara langsung oleh tanaman karena belum terdekomposisi dengan rasio C/N lebih dari 40.

Limbah ternak dapat lebih bermanfaat setelah melalui proses pengolahan, menjadi kompos. Keengganan peternak untuk memproses kotoran ternak menjadi kompos disebabkan oleh lama waktu yang dibutuhkan selama proses pengomposan lebih kurang 2 bulan. Namun dengan adanya berbagai teknologi, kotoran ternak dapat didekomposisi menjadi kompos dalam waktu yang lebih singkat. Dengan menggunakan cara ini didapat kandungan hara kompos yaitu N total (0,68%); P total (0,225%); C-organik (11,2 %); Kalium (0,55%) dan rasio C/N (16,47).

Tahapan pembuatan dilakukan dengan cara berikut ini.

Bahan-bahan yang dibutuhkan

- Kotoran sapi : 80-83%

- Kapur gamping : 2%

- Pemacu mikroorganisme (Stardec) : 0,25%

- Air secukupnya

- Serbuk gergaji : 5%

- Abu sekam : 10%

Alat-alat yang digunakan

- Sekop

- Cangkul

- Alat pengangkut dan mengumpulkan kotoran (grobak sorong)

- Tempat pembuatan dan penyimpanan (semacam gudang)

Bangunan tempat pembuatan

Sebaiknya dibuatkan tempat/bangunan khusus untuk membuat kompos, terutama bagi kandang kolektif. Lokasinya diusahakan agar tidak jauh dari kandang, untuk memudahkan pengumpulan kotorannya. Adapun contoh bangunan tersebut adalah sebagai berikut.

SKETSA TEMPAT PEMBUATAN KOMPOS DAN GUDANG PENYIMPANAN KOMPOS

  • Bangunan ini merupakan tempat pembuatan kompos sekaligus sebagai Gudang untuk penyimpanan kompos yang sudah jadi. Tempat pembuatan kompos terbagi dalam empat kotak.
  • Ukurannya dapat disesuaikan dengan jumlah ternak yang dipelihara dan ketersediaan lahan tempat untuk membangun.
  • Atap terbuat dari bahan asbes atau lainnya diusahakan agar tidak bocor kalau hujan.Tiang dan rangka atap dari kayu.
  • Setiap tahapan proses pembuatan dilakukan pada masing-masing kotak; pada kotak 1 (pertama) bisa menampung kotoran ternak + bahan organik lainnya seberat 15 – 20 ton tergantung kadar airnya.

Proses pembuatan

  • Sebelum dilakukan pembuatan kompos tempatnya terlebih dahulu harus disiapkan.
  • Diusahakan tempat pembuatan pupuk organik terlindung dari terik matahari langsung atau hujan ( tempat yang beratap). Saat pembuatan kompos diusahakan agar tidak tergenang air ataupun terkena air hujan karena akan menjadi busuk.
  • Kotoran sapi (faeses dan urine) yang bercampur dengan sisa pakan, di kumpulkan pada satu tempat, ditiriskan atau dikering anginkan selama satu minggu agar tidak terlalu basah.
  • Kotoran sapi yang sudah ditiriskan tersebut kemudian dipindahkan ke lokasi pembuatan dan diberi kalsit/kapur dan dekomposer. Untuk membuat 1 ton bahan pembuatan kompos (kotoran ternak) membutuhkan 20 kg kapur, 50 kg ampas gergaji, 100 kg abu sekam dan 2,5 kg dekomposer (stardec)dan seluruh bahan dicampur lalu diaduk merata.
  • Setelah satu minggu diperam, campuran tadi diaduk/dibalik secara merata untuk menambah suplai oksigen dan meningkatkan homogenitas bahan. Pada tahap ini diharapkan terjadi peningkatan suhu bisa diukur dengan memasukkan telapak tangan ke dalam tumpukan bahan, bila terasa hangat berarti terjadi proses pemeraman.
  • Minggu kedua dilakukan pembalikan lagi. Demikian seterusnya sampai pada minggu keempat. Pada saat ini pupuk telah matang dengan warna pupuk coklat kehitaman bertekstur remah dan tidak berbau.
  • Pemeraman dilakukan selama 1 bulan. Kelembaban dan temperatur harus tetap dijaga agar sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk hidup dan berkembang.
  • Kemudian pupuk diayak atau disaring untuk mendapatkan bentuk yang seragam serta memisahkan dari bahan yang tidak diharapkan (misalnya batu, potongan kayu, rafia) sehingga pupuk yang dihasilkan benar-benar berkualitas.
  • Selanjutnya pupuk organik siap diaplikasikan ke lahan sebagai pupuk dasar atau dapat disimpan pada tempat yang terlindung dari terik matahari dan hujan.

22 November 2008

WORKSHOP PERCEPATAN DIFUSI DAN PEMANFAATAN TEKNOLOGI ENSILASI (6 NOVEMBER 2008)

Petenakan rakyat dalam hal ini khususnya adalah peternakan sapi potong, belumlah menjadi sumber penghasilan yang dapat memberikan keuntungan yang mensejahterakan peternak rakyat sebagai pemilik ternak.

Yang saat ini berkembang untuk menyambut mandiri daging 2010 adalah peternakan besar yang bakalannya berasal dari impor pedet (anak sapi) yang umumnya disebut sapi BX yang tidak lain adalah sebutan untuk anak sapi Brahman Cross.

Dalam pengusahaan peternakan besar tersebut sepertinya sudah terjadi penyimpangan tujuan awal, yang awalnya hanya merupakan penyalur untuk penyediaan calon bakalan bagi peternakan rakyat, beralih menjadi usaha penggemukan untuk dijual langsung dalam bentuk sapi siap potong setelah digemukkan 3 bulan.

Dari tujuan awal menjadi penyalur calon bakalan bagi peternakan rakyat, menjadi pengusaha ternak potong penghasil daging untuk rumah potong hewan sekaligus menjadi pesaing utama peternakan rakyat.
Skalanya pun menjadi skala usaha peternakan besar komersil.
Usaha peternakan besar tersebut hanya mempekerjakan rakyat untuk menjadi buruh kandang, bukan menjadi mitra pemelihara ternak.

Bila ditinjau secara menyeluruh, ada benang merah yang dapat ditarik dari persoalan peternakan rakyat ini. Benang merah tersebut adalah :
1. penyediaan calon bakalan untuk digemukkan dan penyediaan hijauan untuk pakan utama penggemukan sapi di satu pihak dan
2. pasar bagi hasil penggemukan sapi yang menguntungkan peternak rakyat di lain pihak.

Jadi : bakalan, pakan dan pasar sapi siap potong selalu menjadi masalah utama dalam usaha pengembangan peternakan rakyat, sehingga sampai hari ini belum ada peternakan sapi potong milik rakyat yang menghasilkan pendapatan yang mensejahterakan peternak rakyat sebagai pemilik ternak.

Menyoal kebijakan mandiri daging 2010 yang dicanangkan Deptan, khususnya Ditjen Peternakan, masalah penyediaan pakan hijauan menjadi salah satu hal sangat membantu bila dapat diwujudkan, mengingat pakan mengambil porsi hampir 70% biaya produksi.

Model Crops Livestock System (CSL) seperti yang pernah ditulis Menteri Pertanian Dr. Ir. Anton Apriyantono di media masa, memperkuat pendapat bahwa masalah pakan hijauan ini bagi usaha peternakan sapi potong dapat diwujudkan tanpa harus menambah lahan untuk pengadaan pakan hijauan tersebut dengan usaha peternakan terpadu .

Kalau di CSL adalah memanfaatkan lahan diantara tanaman kelapa sawit untuk ditanami rumput dalam usaha integrasi sapi potong dengan kebun kelapa sawit, maka hal yang sama bisa diterapkan untuk memanfaatkan limbah hijauan perkebunan jagung atau tebu yang berlimpah di musim panen raya bulan Januari dan Februari, untuk diawetkan dan dimanfaatkan di musim kemarau untuk pakan hijauan sapi potong milik peternakan rakyat.

Visi Dan Misi Workshop.
Pengawetan Hijauan limbah pertanian yang paling sedikit menurunkan mutu adalah pengawetan dengan cara ensilasi untuk menghasilkan silase hijauan makanan ternak, dibandingkan dengan pengawetan kering.

Masalah pokok yang dihadapi dalam pengawetan HMT menjadi silase HMT adalah kemasan yang harus kedap udara. Kemasan yang paling mudah, paling ramah lingkungan dan paling mudah dapat digunakan untuk memadatkan hijauan menggunakan alat press hidarulik , adalah kemasan berupa drum plastik bertutup yang dilengkapi klem besi pada tutupnya untuk mempertahankan tutup tidak terbuka saat penyimpanan, sebagai silo.

Pada saat panen raya akan dihasilkan limbah berupa hijauan dalam jumlah besar, yang untuk pengawetannya dengan cara ensilasi membutuhkan silo drum dalam jumlah besar pula.
Disinilah mengapa workshop ini berusaha menghadirkan banyak pihak untuk dapat memberikan pemecahan masalah dalam pengadaan silo oleh rakyat dari rakyat dan untuk rakyat.

Jadi visinya adalah :
"bagaimana melibatkan rakyat dalam meyediakan silo drum agar pengusaha pengawet limbah dapat memproduksi silase dengan bahan baku hijauan yang sangat melimpah di musim panen raya Januari Februari, kemudian menjual hasil pengawetannya pada rakyat yang sudah mengivestasikan sahammya berupa silo drum pada pabrik pengawet hijauan tersebut, di musim kemarau yang sangat kering di bulan Juli sampai September".

Dari hitungan di atas kertas, diketahui bahwa omset 1 ton silase per hari atau 300 ton pertahun, sudah memberikan keuntungan yang sangat baik bagi pengusaha pengawet limbah hijauan tersebut, dengan B/C ratio 20,11 dan BEP 1,73 serta IRR 40%, sehingga dapat dikatakan usaha pengawetan hijauan limbah ini seharusnya sangat layak.

Oleh karena itulah maka misi dari workshop ini adalah: "mengajak pihak-pihak terkait mewujudkan bagaimana caranya agar para pengusaha yang memiliki akses perkebunan jagung atau tebu dapat menyisihkan sebagian dananya untuk mengusahakan limbah hijauan pertanian sebagai komoditi pakan hijauan untuk pakan sapi potong".

Masalah percepatan difusi dan pemanfataan teknologi (PDPT) ensilasi di lapangan.
Seperti sudah dikemukakan sebelumnya bahwa masalah kemasan kedap udara merupakan masalah kunci pemanfatan teknologi ensilasi untuk pengawetan Hijauan.

Untuk pengadaan kemasan kedap udara ini sebetulnya dapat melibatkan masyarakat petani peternak rakyat.Untuk melibatkan masyarakat, bagaimana teknologi itu dapat dimanfaatkan oleh rakyat menjadi masalah utama. Untuk itu, maka perlu adanya pelatihan, sosialisasi dan pembudayaan cara beternak yang baik dan benar agar rakyat dapat memahami segitiga Feeding Breeding dan Management (FBM) dalam pengusahaan pengemukan sapi potong.

Berdasarkan pendapat rakyat yang telah merasakan pemanfaatan produk silase HMT untuk pemeliharaan ternaknya, diperoleh kesan bahwa rakyat merasa senang memelihara dengan pakan yang sudah tersedia dan tidak susah payah menyabit rumput setiap kali akan memberi pakan.

Dari hal ini maka masalah yang perlu ditekankan untuk PDPT ensilasi adalah:
1. masalah edukasi, sosialisasi dan pembudayaan produk silase pada peternak rakyat.

a. Masalah edukasi berupa pelatihan pemanfataan produk silase,
b. Masalah sosialisasi berupa demonstrasi cara pemberian pakan dengan produk silase HMT
c. Masalah pembudayaan berupa membudayakan kerja efisien dan terukur dalam pengusahaan penggemukan sapi potong .

2. masalah difusi dan pemanfaatan teknologi ensilasi pada pengusaha pemilik akses perkebunan jagung atau tebu.


Sumber: http://portal.bppt.go.id


INDUSTRI BIOSUPLEMEN PROBIOTIK TINGKATKAN PRODUKTIVITAS SAPI

Banyak kendala yang banyak dialami oleh para peternak sapi lokal,diantaranya adalah rendahnya tingkat pertambahan bobot badan, tingkat pertumbuhan sapi, dan panjangnya jarak beranak sapi. Ketiga faktor tersebut antara lain dipengaruhi oleh efisiensi konversi pakan untuk tumbuh dan berkembang biak. Kendala tersebut sekarang dapat diatasi dengan mengintroduksikan suatu Biosuplemen Probiotik ke dalam pakan konsentrat.

Probiotik adalah mikroba hidup dalam media pembawa yang menguntungkan ternak karena: menciptakan keseimbangan mikroflora dalam saluran pencernaan sehingga menciptakan kondisi yang optimum untuk pencernaan pakan dan meningkatkan efisiensi konversi pakan sehingga memudahkan dalam proses penyerapan zat nutrisi ternak, meningkatkan kesehatan ternak, mempercepat pertumbuhan, memperpendek jarak beranak, menurunkan kematian pedet, dan memproteksi dari penyakit pathogen tertentu sehingga dapat meningkatkan produksi susu atau daging. Hasil kajian yang telah dilakukan pada ternak mampu menaikkan produksi susu 15-20 % dan produksi daging 20 %, sehingga menekan biaya produksi.

Pengujian biosuplemen probiotik PSc. terhadap sapi potong di Jawa Barat memberikan pertambahan kenaikan produksi daging mencapai 0,43 Kg per ekor per hari pada sapi Brahman Cross. Sedangkan pada sapi perah memberikan kenaikan produksi susu mencapai 15 % dari produksi normal per ekor per hari pada sapi FH. Pengujian biosuplemen probiotik PSc. kombinasi dengan Bioplus terhadap sapi potong di Jawa Barat memberikan kenaikan calving rate 50 % yaitu dari rata-rata 1,5 menjadi 1 per ekor per tahun atau dari rata-rata 2 ekor anakan dalam 3 tahun menjadi 3 ekor anakan dalam 3 tahun pada sapi jenis Peranakan Ongol. Probiotik Untuk Sapi Biotek-BPPT telah memproduksi biosuplemen probiotik kultur tunggal Saccharomyces cerevisiae (PSc) dan telah diuji pada beberapa daerah di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Hasil pengujian menunjukkan respon yang positif terhadap pertumbuhan ternak sapi, peningkatan produksi susu antara 10-15 % dan peningkatan produksi daging mencapai 20 %. Komposisi Biosuplemen Probiotik PSc terdiri dari : Mikroba Sc : 5.2 x 1011, Protein : 13-15 %, Karbohidrat : 32-35 %, Lemak : 5-10 %, Mineral dan Vitamin 1-2 %. Dosis untuk sapi perah : 1,5 – 2,5 kg per ton pakan konsentrat, sedangkan sapi potong : 2 – 3 kg per ton pakan konsentrat. Psc mengontrol bakteri dalam saluran pencernaan sehingga mikroflora saluran pencernaan menjadi seimbang, merangsang produksi enzim yang diperlukan untuk pencernaan pakan ternak sehingga memudahkan proses penyerapan zat nutrisi, merangsang peningkatan nafsu makan ternak sehingga dapat meningkatkan kesehatan ternak dan produksi susu ataupun daging. Sejauh ini belum dilaporkan efek negatif dari penggunaan PSc. Yeast Culture (YC) yang diproduksi perusahaan Diamond V dari Amerika mengandung Saccharomyces cerevisiae yang ditumbuhkan pada media : ground yellow corn, hominy feed, corn gluten feed, wheat middlings, rye middlings, diastatic malt and corn syrup, and cane molasses. Analisa sampel YC menunjukan komposisi : crude protein 14 %, crude lemak 2,5 %, crude serat kasar 8 %, vitamin dan mineral antara lain : Vitamins Per Lb. Thiamin 5.0 mg Riboflavin 3.0 mg Pyidoxine 4.0 mg Vitamin B12 6.0 ug Minerals Calcium (Ca) 0.30 % Phosphorus (P) 0.70 % Magnesium (Mg) 0.10 % Per Lb. Manganese (Mn) 25.0 mg Iron (Fe) 60.0 mg Cobalt (Co) 0.9 mg Pasar Probiotik Beberapa jenis probiotik produksi Korea (CYC), produksi Amerika (YC, Diamond V), dan produksi beberapa negara lain seperti Inggris serta Thailand bisa ditemukan di pasar peternakan Indonesia. Tetapi data tentang captive market probiotik di Indonesia belum diketahui dengan pasti. Namum demikian melalui beberapa metoda pendekatan dapat diproyeksikan kebutuhan pasar potensial probiotik di Indonesia.

Kebutuhan daging sapi nasional rata-rata per tahun mencapai 350 ribu ton, sedangkan produksi daging sapi nasional baru mencapai 34 ribu ton (± 10 %) yang dipenuhi dari peternakan rakyat (sapi lokal). Kekurangan produksi daging nasional sekitar 90 % dipenuhi dari peternakan perusahaan (feedlotter) yang menggunakan sapi bakalan impor yang rata-rata per tahun mencapai 350 ribu ekor (ditjennak, 1999). Jumlah tersebut dari tingkat konsumsi daging per kapita masyarakat Indonesia yang masih tergolong rendah bila dibandingkan dengan tingkat konsumsi daging per kapita negara berkembang maupun negara maju. Pengembangan usaha peternakan sapi potong akan membuka pasar probiotik di masa depan. Potensi pasar usaha penggemukan ternak sapi potong di Indonesia masih terbuka luas mengingat kebutuhan daging sapi masih sangat kurang. Menurut data Asosiasi Pedagang Daging dan Feedlotter Indonesia (Apfindo), setiap tahun diimpor sapi bakalan dari Australia sekitar 300 ribu ekor dengan nilai sekitar 1,5 triliun rupiah untuk digemukan dan dipotong di Indonesia atau di ekspor kembali ke negara lain seperti Arab Saudi, Singapura, Malaysia dan Filipina. Mengingat populasi sapi di Indonesia yang masih rendah sekitar 12 juta ekor, impor sapi sebesar 300 ribu akan dapat meningkatkan populasi ternak sapi di Indonesia sebesar 600 ribu. Pengiriman ternak sapi bakalan terbesar masuk ke wilayah DKI Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Timur. Hal ini karena kebutuhan pemotongan ternak sapi yang cukup tinggi untuk ketiga wilayah tersebut di atas. Untuk DKI Jakarta pemotongan tahun 1998 mencapai 177.381 ekor sedangkan Jawa Barat sebanyak 367.486 ekor dan Jawa Timur mencapai 480.397 ekor. Sebagian besar ternak didatangkan dari luar jawa termasuk propinsi NTB dan NTT disamping dari Australia. Dari data populasi ternak sapi, jumlah ternak sapi potong di Indonesia sekitar 12 juta ekor dan ternak sapi perah sekitar 176 ribu ekor. Berdasarkan data-data tersebut diatas bisa diproyeksikan potensi kebutuhan probiotik untuk ternak sapi. Proyeksi potensi kebutuhan probiotik untuk kedua jenis ternak tersebut bisa mencapai 22.500 ton per tahun yang setara dengan nilai $ US 73 juta. Dari jumlah tersebut, pasar yang dapat disuplai produksi probiotik lokal sekitar 3.327 ton per tahun. Investasi Industri Probiotik Mengingat kebutuhan probiotik untuk saat ini maupun masa-masa yang akan datang guna memacu produktivitas ternak sapi lokal yang makin meningkat maka kiranya perlu dijajagi kemungkinan mendirikan usaha industri probiotik lokal. Hal tersebut disamping bermanfaat untuk meningkatkan produktivitas ternak sapi lokal juga dimaksudkan untuk mengembangkan kegiatan riset produk probiotik agar bisa diterima di manca negara. Biotek-BPPT saat ini sudah mampu memproduksi Biosuplemen Probiotik tunggal skala lab. yang hanya mencapai 5 ton per tahun. Peningkatan kapasitas produksi probiotik Biotek dapat ditingkatkan hingga mencapai 200 ton/tahun. Untuk itu diperlukan investasi tambahan sekitar Rp2.000.000.000,- yang akan dipergunakan untuk membangun plant produksi probiotik, packing dan sarana distribusi produk. Harga produk PSc. yang ditawarkan saat ini Rp20.000,-. Keunggulan PSc. produksi Biotek-BPPT dibanding CYC dari Korea adalah harga yang lebih kompetitif dengan hasil daya kerja yang relatif sama. Sedangkan keunggulannya PSC dibanding YC produksi Amerika adalah jumlah dosis pemakaian yang relatif lebih kecil. Sedangkan untuk membangun fasilitas produksi probiotik yang baru memerlukan investasi awal sebesar Rp.8.000.000.000,00 yang akan digunakan untuk membangun sentra produksi probiotik dalam suatu kawasan 1 Ha. Kapasitas produksi terpasang adalah 900 ton/tahun. Adapun nilai ekonomi dari proyek tersebut : Break Even Point akan dicapai dalam waktu 3 tahun dengan tingkat suku bunga pinjaman 18 % per tahun, nilai IRR 1.4 dengan batas sensitifitas discount factor 16 % - 26 %.


Sumber: http://portal.bppt.go.id

17 November 2008

OBAT TRADISIONAL TERNAK SAPI

Lembar Informasi Pertanian (LIPTAN) BIP Irian Jaya No. 139/94
Diterbitkan oleh: Balai Informasi Pertanian Irian Jaya

Pemanfaatan obat tradisional dianjurkan karena selain dapat menghemat biaya, juga dapat mengurangi ketergantungan petani peternak terhadap obat-obat ternak pabrik yang biasanya kurang bahkan tidak tersedia di pedesaan. Lagipula ternak sakit dapat segera ditolong karena tumbuh-tumbuhan berkhasiat obat biasanya banyak terdapat di pedesaan. Diantaranya adalah obat tradisional untuk ternak sapi.


1. OBAT CACING
- Resep I.
Bahan-bahan
- Biji lamtoro kering 20 gram
- Temu hitam 1 rimpang
- Tempe busuk 2 potong
- Terasi 1 jari
- Garam halus 1 sendok makan

Cara Membuat
- Goreng biji lamtoro jangan sampai hangus
- Tumbuk halus temu hitam, tempe busuk, dan terasi
- Campurkan semua bahan hingga merata, kemudian tambahkan air secukupnya.

Cara Pengobatan
Minumkan untuk mengobati seekor anak sapi.

- Resep II.
Bahan-bahan
- jengkol 2 buah
- Bawang putih 2 buah

OBAT KEMBUNG (BLOAT)
- Resep I
Bahan-bahan
- Daun kentut atau sembukan 3 genggam
- Bawang merah 20 buah

Cara membuat
- Parut halus jengkol
- Haluskan bawang putih
- Campurkan kedua bahan tersebut dan tambahkan garam sedikit.

Cara Pengobatan
Minumkan untuk mengobati seekor sapi.

- Resep II
Bahan-bahan
- Getah pepaya 2 sendok makan
- Garam dapur 1 sendok makan

Cara membuat
Campurkan getah pepaya dengan garam dapur hingga merata.

Cara Pengobatan
Diminumkan untuk mengobati seekor anak sapi.

OBAT DIARE
Bahan-bahan
Arang tempurung kelapa
Cara membuat
- Tumbuk halus arang tempurung kelapa.
- Ayak, lalu tampung dalam wadah yang mudah disimpan.
Cara Pengobatan
Untuk mengobati sapi berikan sebanyak 50 gram per oral.
Cara membuat
- Tumbuk halus kedua bahan tersebut
- Campur sampai merata, tambahkan air secukupnya lalu peras.
Cara Pengobatan
Minumkan ramuan tersebut untuk pengobatan seekor sapi.

- Resep II
Bahan
Minyak kelapa 500 ml
Cara Pengobatan
Minumkan untuk pengobatan seekor sapi.

OBAT KUDIS
Bahan-bahan
- Belerang 100 gram
- Kamfer 4 butir
- Oli bekas/minyak kelapa secukupnya.
Cara Membuat
- Tumbuk halus belerang dan kamfer lalu campur rata.
- Tambahkan oli bekas atau minyak kelapa hingga menjadi seperti pasta.
Cara pengobatan
Oleskan pada bagian kulit sapi yang terkena penyakit kudis setiap hari hingga
sembuh.

LUKA BARU
Bahan
Abu hangat/panas.
Cara Pengobatan
Taburkan abu panas pada bagian tubuh ternak yang luka.
Di Irian Jaya bahan tradisional cukup banyak, karena itu tingkatkanlah
pemanfaatannya. Dengan memanfaatkan obat tradisional masalah tidak tersedianya
obat pabrik dapat diatasi. Khasiatnyapun tidak kalah dengan obat buatan pabrik.
(SR/019/94)

Sumber:
- Dinas Peternakan Propinsi Daerah Tingkat I Irian Jaya, 1991 Buku
Pintar Penyakit dan Pengobatan Pada Ternak.
- Dinas Peternakan Propinsi Daerah Tingkat I Irian Jaya Obat
Tradisional Ternak.

12 November 2008

Jamu Untuk Ternak Dari Bahan-bahan Alami di Sekitar Kita

Meningkatkan nafsu makan sapi, kambing/domba:
Jamu yang dapat dipilih untuk meningkatkan nafsu makan ternak besar ini ialah:
a. Daun talas 15 lembar dan garam dapur 15 sendok makan direbus 15 menit, daun yang sudah matang dijadikan pakan untuk seekor sapi.
b. Mentimun 2 buah, diparut lalu dicampur garam dapur, asam jawa, terasi dan air secukupnya. Ramuan ini adalah dosis untuk seekor sapi untuk sekali pemberian.

Meningkatkan produktivitas susu pada ternak:
a. daun papaya muda direbus selama 15 menit dan diberi garam dapur secukupnya, berikan sebagai pakan.
b. Sapi/kambing/domba diberi daun nangka segar.

Mengobati diare pada sapi
a. Daun nangka diberikan pada sapi sebagai pakan hijauan
b. Daun jambu biji segar 5 lembar ditumbuk sampai lumat, lalu diencerkan dengan air, disaring, dan airnya diberikan pada sapi.

Mengobati kembung: Kembung disebabkan penimbunan gas dalam perut karena proses fermentasi berjalan cepat. Tanda-tanda ternak yang kembung ialah perut sebelah kiri menonjol, ternak sering kesakitan, denyut jantung lemah, selaput lender kebiruan, jika ternak jatuh akan susah bangun. Untuk pengobatannya, dapat dipilih salah satu ramuan berikut:
a. Minyak nabati (minyak kelapa, minyak kedelai atau minyak sawit) dicampur air kelapa dan parutan jahe secukupnya, lalu diminumkan pada sapi.
b. Parutan jahe secukupnya dioleskan pada bagian perut yang menonjol
c. Bila kondisi sapi telah parah, harus diusahakan mengeluarkan gas secepatnya, caranya dengan memasukkan batang pelepas pepaya ke dalam anus sapi.

Mengobati ternak pincang: Sapi sering pincang karena terperosok/terkilir. Sapi yang pincang dapat diobati dengan daun seseh. Caranya, seikat daun sereh ditumbuk sampai lembut lalu dibalutkan pada kaki. Agar tidak lepas, ikatlah ramuan ini dengan perban atau potongan kain

Sumber: Suwandi (Anggota Kelompok muda peduli tani Sukoharjo)