TEKNOLOGI PEMBUATAN KOMPOS SUPER
oleh: Sasongko WR
PENDAHULUAN
Sapi merupakan jenis ternak ruminansia yang relatif lebih digemari oleh masyarakat umum. Di pulau Lombok khususnya, pemeliharaan sapi dilakukan secara kelompok dalam suatu kandang kolektif. Jumlah kandang kolektif yang ada berkisar 3.000 buah, yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten namun belum banyak yang memikirkan pengelolaan limbahnya (kotoran). Sebagian besar peternak belum mengelola dan memanfaatkan kotoran ternaknya.
Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan tercatat bahwa satu ekor sapi rata-rata menghasilkan kotoran rata-rata 10-25 kg/hari. Apabila dalam satu kandang kolektif dipelihara sebanyak 100 ekor sapi maka kotoran yang dapat dikumpulkan adalah 2.500 kg Namun sampai saat ini kotoran sapi yang dihasilkan umumnya dibuang ke saluran air. Maksudnya dilakukan demikian oleh peternak, adalah untuk memudahkan penanganan dan bisa dimanfaatkan untuk lahan-lahan yang terairi oleh saluran tersebut. Pada saat yang demikian (kotoran ternak segar) belum dapat dimanfaatkan secara langsung oleh tanaman karena belum terdekomposisi dengan rasio C/N lebih dari 40.
Limbah ternak dapat lebih bermanfaat setelah melalui proses pengolahan, menjadi kompos. Keengganan peternak untuk memproses kotoran ternak menjadi kompos disebabkan oleh lama waktu yang dibutuhkan selama proses pengomposan lebih kurang 2 bulan. Namun dengan adanya berbagai teknologi, kotoran ternak dapat didekomposisi menjadi kompos dalam waktu yang lebih singkat. Dengan menggunakan cara ini didapat kandungan hara kompos yaitu N total (0,68%); P total (0,225%); C-organik (11,2 %); Kalium (0,55%) dan rasio C/N (16,47).
Tahapan pembuatan dilakukan dengan cara berikut ini.
Bahan-bahan yang dibutuhkan
- Kotoran sapi : 80-83%
- Kapur gamping : 2%
- Pemacu mikroorganisme (Stardec) : 0,25%
- Air secukupnya
- Serbuk gergaji : 5%
- Abu sekam : 10%
Alat-alat yang digunakan
- Sekop
- Cangkul
- Alat pengangkut dan mengumpulkan kotoran (grobak sorong)
- Tempat pembuatan dan penyimpanan (semacam gudang)
Bangunan tempat pembuatan
Sebaiknya dibuatkan tempat/bangunan khusus untuk membuat kompos, terutama bagi kandang kolektif. Lokasinya diusahakan agar tidak jauh dari kandang, untuk memudahkan pengumpulan kotorannya. Adapun contoh bangunan tersebut adalah sebagai berikut.
SKETSA TEMPAT PEMBUATAN KOMPOS DAN GUDANG PENYIMPANAN KOMPOS
- Bangunan ini merupakan tempat pembuatan kompos sekaligus sebagai Gudang untuk penyimpanan kompos yang sudah jadi. Tempat pembuatan kompos terbagi dalam empat kotak.
- Ukurannya dapat disesuaikan dengan jumlah ternak yang dipelihara dan ketersediaan lahan tempat untuk membangun.
- Atap terbuat dari bahan asbes atau lainnya diusahakan agar tidak bocor kalau hujan.Tiang dan rangka atap dari kayu.
- Setiap tahapan proses pembuatan dilakukan pada masing-masing kotak; pada kotak 1 (pertama) bisa menampung kotoran ternak + bahan organik lainnya seberat 15 – 20 ton tergantung kadar airnya.
Proses pembuatan
- Sebelum dilakukan pembuatan kompos tempatnya terlebih dahulu harus disiapkan.
- Diusahakan tempat pembuatan pupuk organik terlindung dari terik matahari langsung atau hujan ( tempat yang beratap). Saat pembuatan kompos diusahakan agar tidak tergenang air ataupun terkena air hujan karena akan menjadi busuk.
- Kotoran sapi (faeses dan urine) yang bercampur dengan sisa pakan, di kumpulkan pada satu tempat, ditiriskan atau dikering anginkan selama satu minggu agar tidak terlalu basah.
- Kotoran sapi yang sudah ditiriskan tersebut kemudian dipindahkan ke lokasi pembuatan dan diberi kalsit/kapur dan dekomposer. Untuk membuat 1 ton bahan pembuatan kompos (kotoran ternak) membutuhkan 20 kg kapur, 50 kg ampas gergaji, 100 kg abu sekam dan 2,5 kg dekomposer (stardec)dan seluruh bahan dicampur lalu diaduk merata.
- Setelah satu minggu diperam, campuran tadi diaduk/dibalik secara merata untuk menambah suplai oksigen dan meningkatkan homogenitas bahan. Pada tahap ini diharapkan terjadi peningkatan suhu bisa diukur dengan memasukkan telapak tangan ke dalam tumpukan bahan, bila terasa hangat berarti terjadi proses pemeraman.
- Minggu kedua dilakukan pembalikan lagi. Demikian seterusnya sampai pada minggu keempat. Pada saat ini pupuk telah matang dengan warna pupuk coklat kehitaman bertekstur remah dan tidak berbau.
- Pemeraman dilakukan selama 1 bulan. Kelembaban dan temperatur harus tetap dijaga agar sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk hidup dan berkembang.
- Kemudian pupuk diayak atau disaring untuk mendapatkan bentuk yang seragam serta memisahkan dari bahan yang tidak diharapkan (misalnya batu, potongan kayu, rafia) sehingga pupuk yang dihasilkan benar-benar berkualitas.
- Selanjutnya pupuk organik siap diaplikasikan ke lahan sebagai pupuk dasar atau dapat disimpan pada tempat yang terlindung dari terik matahari dan hujan.